Selasa, 05 April 2011

ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG BAWAAN

A. PENGERTIAN
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

1.      Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).

2.      ASD ( Atrial Septum Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial. Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
ASD Sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovallis. ASD Primum, bila lubang terletak didaerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum atrioventrikulare).
Defek sinus venosus, bila lubang terletak didaerah venosus (dekat muara vena kava superior dan inferior).
3.      VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
VSD kecil : Diameter sekitar 1 – 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
VSD besar / sangat besar : Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
4.      Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.


B. TANDA DAN GEJALA
  Pertumbuhan terhambat
  Diameter dada bertambah terlihat adanya benjolan dada kiri
  Adanya tanda-tanda gagal jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai, hepatomagali.
  Diaphoresis
  Tidak mau makan
  Tachipnea
  Pada palpasi dan auskultasi : adanya VSD besar :
1. Tekanan vena pulmonalis meningkat
2. Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat sternum
3. Kemungkinan teraba getaran bising pada dada

C. Etiologi
Faktor endogen
    Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom 
    Anak yang lahir sebelumnya menderita  penyakit jantung bawaan
    Adanya  penyakit tertentu dalam keluarga seperti  diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung  atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
  Riwayat  kehamilan  ibu  : sebelumnya  ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
  Ibu menderita penyakit infeksi :  rubella
  Pajanan terhadap sinar -X

D. Manifestasi Klinis

• Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
• Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
• Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
• Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
• Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
• Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
• Apnea
• Tachypnea
• Nasal flaring
• Retraksi dada
• Hipoksemia
• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)

E. Komplikasi
§ Endokarditis
§ Obstruksi pembuluh darah pulmonal
§ CHF
§ Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
§ Enterokolitis nekrosis
§ Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)
§ Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
§ Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
§ Aritmia
§ Gagal tumbuh

F. Penatalaksanaan Medis
- Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan     bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
- Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
- Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler
paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

H. Pengkajian
- Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
- Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.
- Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
- Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
- Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
- Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.


I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul:
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.
. Contoh rencana keperawatan

Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung

Tujuan
Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
·         Tanda-tanda vital normal sesuai umur
·         Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur
·         Pasien komposmentis
·         Akral hangat
·         Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
·         Capilary refill time < 3 detik
·         Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi
·         Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan
·         Kaji dan catat denyut apikal  selama 1 menit  penuh
·         Observasi adanya serangan sianotik
·         Berikan posisi knee-chest pada anak
·         Observasi adanya tanda-tanda  penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi
·         Monitor intake dan  output secara adekuat
·         Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
·         Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
·         Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia
·         Kolaborasi pemberian oksigen
·         Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan:
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Kriteria hasil :
·         Tanda vital normal sesuai umur
·         Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
·         Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
·         Fatiq dan kelemahan berkurang
·         Anak dapat tidur dengan lelap

Intervensi
·         Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
·         Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
·         Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden”  pada saat buang air besar.
·         Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
·         Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
·         Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui dengan indikasi
·         Jadwalkan aktivitas  sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.


Gangguan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : 
anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
·         Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
·         Peningkatan toleransi makan.
·         Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
·         Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
·         Mual muntah tidak ada
·         Anemia tidak ada.




Intervensi :
·         Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
·         Catat intake dan output secara akurat
·         Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain)
·         Berikan perawatan  mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
·         Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
·         gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
·         gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak
·         berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
·         Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
·         Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium


Perencanaan Pemulangan
• Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
• Jelaskan kebutuhan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
• Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
- Teknik pemberian obat
- Teknik pemberian makanan
- Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.

















Minggu, 03 April 2011

SEKILAS TENTANG MICRO TEACHING

Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris (Sardirman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar).

Ciri-ciri pokok Micro Teaching :
1. Jumlah subyek belajar sedikit sekitar 5-10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit
3. Komponen mengajar yang dikembangkan terbatas
4. Sekadar real teaching

Maksud dan tujuan micro teaching
Maksud yaitu meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar.
Tujuan adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek mengajar (Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar ).

Perbedaan micro teaching dan teaching

Micro teaching :
1. Dilaksanakan dalam kelas laboratorium
2. Sekadar real teaching
3. Siswa 5 s/d 10 orang
4. Waktu sekitar 10 menit
5. Bahan terbatas
6. Ketrampilan yang dilatihkan meliputi semua teaching skill dalam porsi yang terbatas dan terpisah-pisah.
7. Dibutuhkan alat-alat laboratori agar dapat diperoleh suatu feedback yang obyektif.

Teaching :
1. Dilaksanakan dalam real class room
2. Merupakan real class room teaching
3. Siswa 30 s/d 40 orang
4. Waktu sekitar 45 menit
5. Bahan luas
6. Ketrampilan yang di demonstrasikan semua teaching skill dan terintegrasi
7. TIdak dilengkapi dengan alat-alat laboratori.

SEJARAH RSUD SALATIGA

Letak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga diwilayah kelurahan Mangunsari Kecamatan sidomukti kota Salatiga, yang dibatasi sebelah utara sungai andong, sebelah timur Stadion Kridanggo, sebelah selatan Jalan Stadion dan pertokoan dan sebelah barat jalan Osamaliki. Jalan Osamaliki merupakan jalur utama jalan Solo Semarang dan kepadatannya cukup padat. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga sangat mudah jangkauannya baik dengan kendaraan sendiri maupun umum karena yang letaknya cukup strategis.

Kota Salatiga terletak antara 110 27’56,81” sampai dengan 110 32’4,64” bujur timur dan 007 17’ sampai dengan 007 17’23” lintang selatan didaerah pedalaman dikaki gunung dan ditengah-tengah kabupaten Semarang, Suhu udara rata-rata 25,4 C dengan kelembaban udara 85 persen. Jarak dari Kota Semarang 48 kilometer,54 klometer dari Kota Surakarta dan 27 kilometer dari Boyolali.

RSUD Kota Salatiga mempunyai letak yang sangat strategis, berada di tengah Kota yang mudah dijangkau dengan transportasi dan berada di tepi jalur jalan raya Solo-Semarang. RSUD Kota Salatiga Berdiri diatas tanah milik Pemerintah Kota Salatiga seluas 33.600 m2 dengan fasilitas bangunan induk + 9.500 m2, 6.500 M2 diantaranya merupakan paket Inpres Tahun 1984. RSUD Kota Salatiga merupakan rumah sakit milik pemerintah Kota Salatiga kelas C dan sejak 1 Aprik 1995 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Daerah. Kemudian pada Tahun 2008 RSUD KOta Salatiga meningkatkan kelas RS dari Kelas C menjadi Kelas B Non Pendidikan sampai sekarang. Pada tahun 1996/1997 RSUD Kota Salatiga telah mendapatkan pengakuan akreditasi sebagai Rumah Sakit Sayang Bayi dari UNICEF dan pada tahun 1997 telah mendapatkan Sertifikat Akreditasi Penuh untuk 5 (lima) standar pelayanan dari Dep. Kes RI selama 3 (tiga) tahun. Dan mendapat Sertifikat Akreditasi Penuh untuk 16 (enam belas) standar pelayanan dari Dep. Kes RI selama 3 (tiga) tahun pada tahun 2008 serta RSUD menjadi BLUD sejak awal tahun 2009.