Menurut riset pakar komunikasi negara barat terutama Amerika yang dikutip
oleh La Rose dalam bukunya Pengembangan Pesona pribadi menunjukkan bahwa dalam
melakukan komunikasi kemampuan kalimat hanya 7 %, kemampuan nada 38 %,
sedangkan ekspresi wajah 55 %. Hal ini menunjukkan bahwa wajah merupakan
gambaran kepribadian seseorang yang sanggup menyampaikan pesan-pesannya secara
efektif dan memegang peranan yang sangat menntukan dalam menjalin komunikasi
yang bersifat didaktik (dua arah) dan terapeutik (mendukung proses
penyembuhan).
Peranan ekspresi wajah telah dibuktikan oleh Thomas Gordon dalam
serangkaian riset mengenai Parent Effectiveness Training yang menyimpulkan
bahwa anak-anak sangat peka terhadap sikap-sikap dan ekspresi wajah orang tua
mereka. Mereka amat peka menangkap perasaan sejati orng tuanya karena orang
tuanya menyampaikan pesan-pesannya “tanpa kata” kepada anak-anak mereka. Orang
tua yang sikap bathinnya terganggu atau marah pasti akan menyampaikan isyarat- isyarat
halus melalui wajahnya meskipun ia berusaha menyembunyikannya.
Isyarat-isyarat itu tergambar dalam kerutan kening, alis yang terangkat,
nada bicara yang khusus, sikap tubuh tertentu, ketegangan otot-otot wajah. Anak
kecil pun dapat menangkap isyarat tersebut yang dipelajari dari pengalaman
bahwa isyarat-isyarat seperti itu biasanya berarti ibunya tidak sungguh-sungguh
dapat menerima apa yang mereka lakukan atau tidak tulus menyampaikan pesannya.
Bagi orang dewasa hal tersebut sangat bermakna sekali, dimana kita dapat
menampilkan bagaimana suasana hati sekaligus kepribadian kita yang sesungguhnya
lewat mimik wajah.
Isyarat yang ditampilkan perawat saat melakukan interaksi dengan klien,
rekan sejawat, atasan dan bawahan akan jelas terekam mimik wajahnya. Apakah
pesan-pesan yang disampaikannya kasar, berpura-pura, tergesa-gesa, sombong atau
senyum yang tulus dan ikhlas. Senyum yang tulus ikhlas merupakan ungkapan
suasana happy yang akan membawa kebahagiaan bagi orang lain.
Bagi perawat yang akan mengabdi kepada masyarakat untuk senantiasa
membekali diri dengan 5 S, yaitu Salam, Senyum, Sabar, Sopan dan
Sholat/Sembahyang. Selama bertahun-tahun ternyata problematika yang ada dalam
dunia keperawatan justru karena mahalnya para perawat dalam memberikan terapi
yang sangat murah dan mudah yaitu senyuman. Sehingga klien sering menjulukinya
dengan perawat judes. Hal inilah yang mendasari suatu motto rumah sakit yang
menyatakan bahwa Nurse Smile is guard of Hospital, Nurse smile is medicine.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bersedekah itu tidak harus dengan uang tetapi yang terpenting dengan cara bermuka manis (tersenyum) kepada orang lain merupakan amal ibadah yang sangat besar.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bersedekah itu tidak harus dengan uang tetapi yang terpenting dengan cara bermuka manis (tersenyum) kepada orang lain merupakan amal ibadah yang sangat besar.
Perawat yang tidak mampu untuk tersenyum sebaiknya berhenti menjadi
perawat, karena ada beberapa kerugian bagi perawat yang tidak membiasakan diri
menampilkan suasana hatinya dengan ceria dan tersenyum.
Pertama, ia
akan kehilangan 55 % daya dukungan mimik wajahnya dalam penyembuhan klien.
Kedua, makin sempitnya lahan amal (sedekah). Ketiga, menciptakan suasana tegang
bagi orang lain yang sangat merugikan. Keempat ia sendiri akan lekas menjadi
tua, Kelima, memperkecil peluang untuk terjadinya gangguan jiwa karena
banyaknya kecemasan, ketegangan dan kurangnya senyum bahagia merupakan faktor
predisposisi gangguan jiwa…….
( Posting
by Edo )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar